Sunset Ratu Boko, Yogyakarta – Berawal dari ketidaksengajaan, yang semula hanya ingin berkunjung ke Candi Prambanan. Saya akhirnya menjejakkan kaki ini ke Candi Ratu Boko, melihat sunset yang masuk kategori salah satu yang terbaik yang pernah saya rasakan.
Waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB, saya berjalan kaki bergegas keluar komplek Candi Prambanan dan berniat menuju ke Terminal Trans Jogja yang jaraknya hanya sekitar 500 meter dari pintu keluar Candi Prambanan. Di pintu luar yang mengarah ke jalan besar saya sempatkan membeli air mineral, dan salah satu dari ojeg yang mangkal mendekati saya dan dengan senyum ramahnya menawarkan barangkali saya berminat untuk sekalian melihat Candi Ratu Boko dan menikmati sunset di sana. Mas ojeg yang belakangan saya tahu namanya Rohmat. menawarkan mengantar saya ke Candi Ratu Boko, menunggu dan mengantar saya kembali ke Terminal TransJogja.
Dengan ragu dan sedikit khawatir kena modus ditipu apalagi di tempat wisata, saya bertanya berapa yang harus dibayar untuk mengantar saya pulang pergi. Ditawarkan dengan harga Rp. 30.000/pp, saya malah tambah ragu karena pada waktu itu masih jam 3 sore lewat sedikit. Minimal 3 jam waktu yang akan dihabiskan ojeg ini mulai dari mengantar, menunggu sampai sunset dan mengantar saya kembali lagi ke Terminal Transjogja terdekat. Kan sunsetnya bisa jam 5-5.30 sore baru ada mas, belum santai-santainya, nanti kalau saya jam 7.00 malam baru mau pulang gimana. Mas ojegnya dengan tampang yakin bilang “ditungguin mba, tenang saja”.
Akhirnya setelah berpikir skenario terburuknya, saya putuskan buat nekat pergi. Toh juga kalau kena palak saya masih di Indonesia, bahasanya masih ngerti, masih bisa ngotot dan minta tolong sama sesama orang Indonesia. he..he..he.. Yang penting kalau pergi sendirian harus waspada.
Perjalanan Ke Candi Ratu Boko Dari Candi Prambanan
Singkat cerita, setelah pakai helm dan saya cek gps di google maps buat patokan saya biar gak diajak nyasar-nyasar, motor melaju turun ke arah pertigaan dan berbelok ke kiri jalan. Sambil terus mengamati kalau ada plang jalan yang menunjukkan arah ke Candi Ratu Boko. Pembicaraan singkat terjadi antara saya dan mas ojeg seperti koq perginya cuma sendirian. Dan saya juga bertanya apa memang tidak ada transportasi lain ke Candi Ratu Boko yang bisa sampai malam. Karena sebelumnya di Candi Prambanan ada paket tiket untuk berkunjung ke 2 candi sekaligus (Prambanan dan Ratu Boko) dengan harga tiket Rp. 45.000,- termasuk transportasi ke Candi Ratu Boko. Tetapi tidak saya beli karena ternyata mobil yang mengangkut ke Candi Ratu Boko terakhir hanya sampai jam 5.00 sore kemudian kembali lagi ke Candi Prambanan. Padahal yang menarik di Candi Ratu Boko salah satunya adalah pemandangan matahari terbenamnya yang sangat indah bisa terlihat dengan jelas karena posisi Candi Ratu Boko yang terletak di ketinggian.
Motor yang saya naiki, akhirnya berbelok ke arah kiri lagi, dan menurut Rohmat yang mengantar saya, tidak lama lagi saya akan tiba di tujuan saya yang berada di atas sana. Jalanan yang dilalui untuk tiba ke Candi Ratu Boko tidak terlalu besar dan menanjak. Jika ada mobil berpapasan, sudah pasti harus berjalan pelan karena kondisi jalan yang berlubang dan karena letaknya di ketinggian, sudah pasti ada jurang. Motor yang saya naiki kebetulan usianya bisa dibilang sudah tidak muda lagi. Perasaan saya campur aduk antara menikmati ketinggian melihat ke bawah dan khawatir tiba-tiba motor gak kuat nanjak dan saya musti lompat. he..he..he.. Setelah 1o menit merasakan perasaan campur aduk yang luar biasa, akhirnya saya tiba di pelataran parkir area Candi Ratu Boko. Lalu saya diarahkan untuk menuju ke arah loket untuk membeli tiket masuk. Rohmat dan saya pun berjanji untuk bertemu setelah satu purnama di bawah pohon besar tidak jauh dari loket. wkwkwkwkw..
Keliling Ratu Boko Sebelum Sang Surya Pulang
Setelah membayar tiket untuk domestik Rp. 25.ooo,- di loket, dan pengecekan tiket masuk di pintu masuknya, saya memasuki area Candi Ratu Boko. Langsung disuguhi tanjakan tangga dengan pemandangan yang hijau lembah di sebelah kiri yang bisa kita lihat dari ketinggian kita berada. Saya memutuskan untuk duduk sejenak beristirahat di bangku panjang untuk mengagumi pemandangan di depan saya. Saya mulai mengamati sekeliling, dari setiap anak tangga disediakan kursi panjang taman yang sepertinya memang disediakan agar pengunjung bisa duduk untuk menikmati panorama yang tersaji di depannya.
Memutuskan untuk berjalan ke atas lagi, saya melihat ada beberapa gazebo/pondokan-pondokan di kiri dan kanan jalan setapaknya. Tidak jauh dari situ, saya juga melihat ada fasilitas toilet dan musholla. Beberapa pedagang minuman dan cemilan juga terlihat sedang membereskan dagangannya. Berbeda dengan Candi Prambanan, pedagang minuman dan makanan berada di luar sebelum loket pembelian tiket masuk.
Kaki terus melangkah dan akhirnya saya mendapati saya sudah berada di tempat yang sepertinya pintu masuk dari Candi Ratu Boko. Pilar-pilar yang besar dengan anak-anak tangga dibawahnya saya bayangkan tempat ini mungkin adalah gerbang pintu masuk ke istana ratu boko ini. Megahnya pintu masuk istana Ratu Boko ini membawa imajinasi saya lebih jauh lagi, betapa luas dan mewah istana ratu boko ini pada masa kejayaannya. Saya membaca papan informasi sejarah Candi Ratu Boko yang luas secara keseluruhannya 25 ha, dan terletak 196 meter diatas permukaan laut. Terbayang di pikiran saya bagaimana pada masa itu harus membawa begitu banyak material untuk membangun candi ini, berapa banyak tenaga manusia yang dikerahkan untuk membangun Candi Ratu Boko ini.
Terkenal juga dengan nuansa mistisnya, Candi Ratu Boko ternyata sejarahnya masih belum jelas sampai saat ini. Perpaduan antara Budha dan Hindhu terlihat dari bangunan di Candi Ratu Boko. Prasasti Abhayagiri Wihara yang ditemukan dan berangka tahun 792 M merupakan bukti tertulis di situs Candi Ratu Boko. Abhayagiri Wihara atau yang artinya wihara di bukit yang bebas dari bahaya adalah bukti latar belakang agama Budha yang dilengkapi juga dengan adanya Arca Dyani Buddha. Namun selain itu ditemukan pula unsur agama Hindu di Candi Ratu Boko seperti adanya Arca Durga, Ganesha dan Yoni. Jangan lupa untuk sempatkan membaca informasi sejarah yang terletak di Candi Ratu Boko, kamu pasti akan takjub dengan Candi ini.
Saya mulai mengelilingi Candi ini, dan papan-papan penunjuk menuntun saya ke beberapa tempat seperti candi yang berfungsi untuk tempat pembakaran. Pendopo untuk tempat berkumpul dan gua untuk bermeditasi juga tak luput saya datangi. Di salah satu tempat di area candi ini, saya juga melihat anak tangga ke bawah yang dibawahnya masih terkubur dengan tanah dan masih berusaha dipugar. Di bagian lain saya juga melihat reruntuhan batu-batu yang masih dibiarkan acak. Dari keterangan yang saya dapat, ternyata masih banyak reruntuhan batu yang terkubur dibawah tanah. Saya tidak bisa membayangkan betapa megahnya Candi Ratu Boko ini jika semuanya berhasil dipugar.
Karena pada saat itu bukan musim liburan, Candi Ratu Boko ini tidak terlalu ramai. Beberapa orang dari komunitas photographer sedang berkumpul untuk mengabadikan moment sunset tidak jauh dari pintu gerbang Candi Ratu Boko. Karena sudah makin sore, saya memutuskan untuk duduk dan mencari tempat yang pas untuk melihat sunset dari ketinggian.
Romantisme Sunset Candi Ratu Boko
Akhirnya saya putuskan untuk naik ke atas Candi Pembakaran untuk duduk menunggu sunsets. Candi Pembakaran dengan anak tangga ke atas mempunyai tinggi 3 meter dengan lubang ditengahnya berukuran 4×4 meter dan dipagari sekelilingnya. Saya duduk di pinggir dekat tangga naik, tidak beberapa lama kemudian orang-orang lain juga ikut duduk menunggu karena memang tempat ini sangat pas untuk melihat matahari terbenam.
Belakangan saya baru mengetahui kalau konon Candi Pembakaran ini diduga dipakai untuk membakar mayat. he..he..he.. Panas sudah mulai tidak terlalu terik, dan angin sore mulai berhembus pelan. Yang dinanti akhirnya menunjukkan diri. Warna langit mulai berubah dari biru terang ke orange dengan perpaduan warna ungu.
Melihat ke arah sebelah kiri saya bisa melihat langit yang mulai gelap menambah kesan misterius dan megah gerbang utama Candi Ratu Boko. Perjalanan saya diakhiri dengan warna-warna indah langit senja yang begitu sulit saya deskripsikan dengan kata. Candi Ratu Boko dan cerita yang tersirat berhasil membuat daya imajinasi saya berpetualang ke masa yang jauh berada di belakang.
Waktu sudah menunjukkan pukul 18.30 ketika akhirnya saya berada di pohon besar dekat pintu masuk pemeriksaan tiket. Restoran Abhayagiri yang terletak persis di depan pohon besar sudah ramai diisi oleh pengunjung Candi Ratu Boko. Pengunjung yang memadati restoran ini rata-rata adalah para turis mancanegara. Mungkin mereka mengambil paket sunset dengan makan malam yang biasa ditawarkan travel atau paket yang bisa diambil langsung ketika mengunjungi Candi Prambanan.
Setelah bertemu dengan Rohmat ojeg yang sudah menunggu akhirnya saya diantarkan sampai ke Terminal Transjogja. Dari perbincangan saya dengan ojeg yang mengantar. Ternyata selain Candi Ratu Boko, tidak jauh dari daerah ini tepatnya masih berada di bawahnya. Masih banyak penemuan-penemuan candi-candi kecil lainnya yang dalam tahap masih digali dan dipugar. Perjalanan turun yang lumayan bikin jantung senam untungnya tidak ditempuh dalam waktu lama. Untung saja banyak mobil-mobil travel dan pribadi yang juga turun jadi jalanan turun ke bawah terasa tidak sepi dan menakutkan.
Rohmat sang ojeg yang mengantar saya juga sempat bercerita kalau dia sering mengantarkan traveller sendiri seperti saya yang tidak punya banyak pilihan kalau mau lihat sunsets di Candi Ratu Boko. Paling malas kalau ketemu bule yang sudah deal harga 30 ribu untuk diantar ke Candi Ratu Boko ditunggu dan diantar balik. Pas turun mau mampir ke Candi lain bayarnya tetap cuma mau 30 ribu. wkwkwkwk.. Jadi jangan mikir semua bule superior ya. he..he..he..
Setelah sampai di terminal transjogja, berdasarkan berbagai pertimbangan seperti jarak tempuh dan kondisi jalanan yang sudah dilalui saya akhirnya memutuskan memberi 50 ribu kepada Rohmat sang ojeg. Diiringi ucapan terima kasih terus menerus dan no tlp yang diberikan kalau-kalau saya butuh jasa antarnya. Perjalanan ini pun akhirnya berakhir.
Rute Menuju Candi Ratu Boko naik Trans Jogja :
Karena lokasi homestay saya di daerah condongcatur, saya naik trans jogja dari terminal trans jogja condong catur lalu transit di Bandara Adisucipto dan naik Rute 1 A.
Rute 1A
Terminal Prambanan – Halte Prambanan – Jl. Raya Yogya-Solo – Halte Jl. Solo (KR 1) – Bandara Adisutjipto – Halte Bandara Adisutjipto – Jl. Laksda Adisucipto – Halte Jl. Solo (Jayakarta) – Jl. Janti – Halte Jl. Solo (Janti Flyover) – Jl. Laksda Adisucipto – Halte Jl. Solo (Jogja Bisnis) – Halte Jl. Solo (Gedung Wanita) – Jl. Urip Sumoharjo – Halte Urip Sumoharjo – Jl. Jend. Sudirman – Halte Sudirman 1 – Halte Sudirman 2 – Tugu Jogja – Jl. P. Mangkubumi – Halte Mangkubumi 1 – Halte Mangkubumi 2 – Stasiun Tugu – Jl. Malioboro – Halte Malioboro 1 – Halte Malioboro 2 – Jl. Jend. Ahmad Yani – Halte Ahmad Yani – Jl. Senopati – Halte Senopati 2 – Jl. Sultan Agung – Halte Puro Pakualaman – Jl. Kusumanegara – Halte Kusumanegara 1 – Halte Kusumanegara 3 – Gembiraloka – Halte Kusumanegara (Gedung Juang 45) – Jl. Janti – Halte Gedong Kuning (JEC) – JEC – Jl. Laksda Adisucipto – Halte Jl. Solo (Janti) – Halte Jl. Solo (Alfa) – Halte Jl. Solo (Maguwo) – Bandara Adisutjipto – Halte Bandara Adisutjipto – Jl. Raya Yogya-Solo – Halte Jl. Solo (KR 2) – Halte Jl. Solo (Kalasan) – Terminal Prambanan (istirahat 15 menit)
Mas masuk ratu boko cm 25 ribu ya? Karena aku lihat di website utk sunset hargaya 70 ribu.. Mohon pencerahan ya Mas 🙂
Waktu kita ke sana tahun 2015 tiket masuknya Prambanan sama Ratu Boko budling klo ga salah Rp 45.000, kalau Candi Ratu Bokonya saja kalo ga salah Rp 25.000. Kalau mau liat sunset ya datang saja jam 4 sore ke Candi Ratu Boko trus tunggin sampai sunset, sepertinya tidak ada tiket khusus buat liat sunset.
keren ,, mungkin masih adalagi tempat yg bagus untuk melihat sunset gak